Kesalahan-Kesalahan dalam Pembentukan
Kerangka Berpikir Suatu Penelitian
Kerangka
berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang
lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi
setiap pemikiran selanjutnya. Untuk mendapatkan sebuah kerangka berpikir
akan suatu hal bukan sesuatu yang mudah, diperlukan suatu pemikiran yang
mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta yang dapat terindra, atau hanya
dari sekedar informasi-informasi yang terpenggal. Selain itu diperlukan sebuah
pemikiran yang cerdas dan mustanir (cemerlang) akan setiap maqlumat tsabiqah
(informasi ) yang dimilikinya dan berupaya dengan keras menyimpulkan sesuatu
kesimpulan yang memunculkan keyakinan.
Kemudian bagaimana
mengetahui kita telah memiliki kerangka berpikir?
Kerangka berpikir adalah pemahaman yang
paling mendasar yang mendukung pemahaman selanjutnya. Suatu tolak ukur yang
paling mudah adalah apakah kita telah memahami pemahaman yang paling mendasar
tersebut, atau pertanyaan sebelum itu, apakah kita telah mengetahui pemahaman
apa yang mendasari pemahaman-pemahaman selanjutnya. Harus diingat kerangka
berpikir pada dasarnya adalah sebuah pemahaman, layaknya sebuah pemahaman maka
pemahaman tersebut dapat salah, kurang, atau tidak sempurna. Ini penting karena
kadang terdapat orang-orang yang memiliki kerangka berpikir yang salah yang
pada akhirnya melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang salah pula.
Ø Kesalahan-Kesalahan dalam Pembentukan Kerangka
Berfikir
Kerangka berpikir sebenarnya dibuat
untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam berargumentasi (fallacy). Beberapa
contoh kesalahan ini antara lain:
a) "Inconsistent"
sikap yang membenarkan semua pendapat yang pada kenyataannya jelas-jelas
berbeda.
b) "Incomprehensive"
Pengetahuan yang partial terhadap hal-hal tertentu akan menyebabkan kesalahan
dalam mengambil kesimpulan.
c) "Out-of-context"(kadaluarsa)
pengetahuan yg diambil harus dikaji terlebih dahulu / disesuaikan dagn masa
sekarang sebelum mengambil kesimpulan
d) "Generalization"
Ini serupa dengan pepatah "Karena nila setitik rusak susu sebelanga".
Tidak mengambil kesimpulan dari suatu sampel yg tidak jelas/tdk random
e) "Double-standard"
Si A yang beragama Kristen bilang "Islam adalah agama palsu karena Nabinya
berpoligami". Seharusnya si A tahu bahwa Nabi-nabi yang diakui dalam
agamanya sendiri berpoligami. Atau si B yang mengutuk pembunuhan orang-orang
tak bersalah sebagai perbuatan terorisme, tapi di lain waktu si B tidak
mengutuk pembunuhan serupa malah melabelnya sebagai "collateral
damage". Dengan menggunakan standard yang sama, pembunuhan orang-orang tak
bersalah akan selalu dikutuk sebagai tindakan terorisme, tidak peduli siapa
korban dan siapa pelakunya.
f) "Straw-man"
menyerang argument yang sudah diubah bentuknya (biasanya dicampur
"half-truth" atau "twisted-truth"). Misalnya si A menuduh
"Al Qur'an merendahkan status wanita di bawah status laki-laki".
Meskipun dalam Qur'an disebutkan "Laki-laki adalah pelindung/pemimpin kaum
wanita" ini tidak berarti di dalam Islam status wanita itu lebih rendah
dari status laki-laki karena masing-masing memiliki role yang berbeda dalam pandangan
Allah SWT.
g) "Red-herring"
mengalihkan subject sehingga bukan membahas argument yang tengah didiskusikan,
tapi argument lainnya. Misalnya, ketika si A ditanya tentang kontradiksi di
dalam Bible, bukannya menjawab pertanyaan tsb, si A malah membawa tuduhan
banyaknya kontradiksi di dalam Qur'an.
h) "Appeal
to authority" Si A bilang ke si B "Argument anda
pasti salah karena berlawanan dengan pendapat seorang professor yang ahli dalam
bidang ini". Si A sudah men-shut-off the discussion hanya dengan merefer
ke authority yang dipercayainya, tanpa menjelaskan argument si professor yang
disebutnya tadi.
i) "Ad-hominem" (argument to the man):
bukan argumentnya yang dibahas, tapi yang diserang adalah pribadi lawan debat
yang tidak berhubungan dengan argument yang didebatkan. Misalnya,
"Pendapat si A itu sudah pasti salah karena si A itu tidak pernah sekolah
di pesantren", atau "Ah, pendapat si B yang playboy kayak gitu kok
dibahas!". Padahal logis tidaknya suatu argument tidak bisa ditentukan
dari pribadi orang yang berargument. Dalam beargumentasi, yang harus dilihat
adalah argumentnya. (http://www.acehforum.or.id/kerangka-berpikir)
Ø Kerangka berfikir yang baik adalah:
- Variabel-variabel
yang diteliti harus jelas
- Diskusi
dalam kerangka berfikir harus menjelaskan hubungan/pertautan antar
variabel yang diteliti dan teori yang mendasari
- Diskusi
harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu
positif atau negative, berbentuk simetris, kausal, atau interaktif (timbale
balik)
- Kerangka
berfikir tersebut dinyatakan dalam diagram (paradigma penelitian),
sehingga mudah dipahami.
Perlu
dijelaskan bahwa tidak semua penelitian memiliki kerangka pikir. Kerangka
pikir pada umumnya hanya diperuntukkan pada jenis penelitian kuantatif. Untuk penelitian kualitatif kerangka berpikirnya terletak
pada kasus yang selama ini dilihat atau diamati secara langsung oleh penulis.
Sedangkan untuk penelitian tindakan kerangka berpikirnya terletak pada
refleksi, baik pada peneliti maupun pada partisipan. Hanya dengan kerangka
berpikir yang tajam yang dapat digunakan untuk menurunkan hipotesis.
No comments:
Post a Comment