Kaidah / Aturan Umum dalam
Menulis
Artikel Ilmiah
Menulis merupakan kemampuan yang tidak dapat diperoleh
secara singkat dan instan karena membutuhkan proses dan waktu yang tidak sebentar. Semakin banyak waktu yang diluangkan
untuk menulis artikel ilmiah maka akan bertambah pengalaman dan pengetahuan yang
didapatkan. Apabila seseorang mempunyai kemampuan menulis artikel ilmiah yang
baik, maka akan semakin
besar peluangnya untuk
dipublikasikan pada suatu
jurnal ilmiah. Ada beberapa aturan umum untuk menulis
artikel ilmiah (Abdullah, D. A., Kode Etik Penulis dan Etika Penulisan Dalam
Artikel Ilmiah, 2012) antara lain:
1)
Outline untuk
mengarahkan penelitian
Proses penulisan artikel ilmiah dan penelitian
merupakan satu hal yang sejalan dan tidak dapat dipisahkan. Untuk itu
diperlukan adanya outline atau desain penelitian untuk membantu dalam proses
penentuan tujuan penelitian, alur percobaan yang akan dilakukan dalam penelitian, serta mengorganisir materi
dan data yang akan digunakan. Dengan cara seperti ini maka proses penelitian
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Selanjutnya, proses menulis artikel ilmiah dapat
digunakan untuk menilai kembali penelitian secara
keseluruhan, mengevaluasi alur percobaan, dan memeriksa validitas hasil
penelitian.
2)
Lebih sedikit lebih baik
Keputusan untuk membuat satu penelitian atau lebih
dari satu penelitian harus didasarkan pada pertimbangan terhadap dampak sosial
yang ditimbulkan oleh artikel ilmiah pada suatu subyek/bidang penelitian.
Signifikansi dan keterkaitan hasil penelitian yang disajikan secara keseluruhan
dalam artikel ilmiah harus menjadi kualitas dari penelitian. Berkaitan dengan
hal ini dapat disimpulkan bahwa less is
more yang artinya lebih sedikit
adalah lebih baik. Maksudnya
adalah lebihnsedikit artikel ilmiah
yang dihasilkan dalam
satu penelitian dan memiliki nilai yang lebih signifikan pada satu bidang
keilmuan adalah lebih baik bila dibandingkan banyak artikel
ilmiah yang dihasilkan tapi tidak memiliki signifikansi.
3)
Pilih pembaca yang tepat
Menentukan sudut pandang pada artikel ilmiah yang akan dibuat
merupakan sebuah tantangan pada awal
proses menulis. Misalnya, hasil penelitian komputasional bidang biologi dapat disajikan kepada ahli biologi, ahli komputasi, atau
keduanya. Menentukan informasi yang akan
disampaikan dari berbagai sudut
pandang merupakan suatu hal
yang penting. Permasalahan ini
dapat diuraikan dengan memilih target pembaca dan jurnal yang sesuai. Hal ini
penting dalam menentukan susunan artikel dan seberapa detail informasi yang
akan ditulis, sehingga dapat lebih fokus pada saat proses penulisan.
4)
Alur yang logis
Dasar untuk menghasilkan tulisan yang bagus sehingga
mudah untuk dipahami adalah logika dan teori yang jelas
sebagai dasar penulisan artikel
ilmiah. Walaupun beberapa ekseperimen dilakukan
terpisah-pisah tetapi eksperimen
tersebut merupakan kesatuan
yang saling mendukung. Misalnya, eksperimen yang satu menjadi dasar atau
menyediakan data yang akan digunakan untuk ekseperimen selanjutnya. Eksperimen dan
hasil yang diperoleh
harus ditulis dalam
urutan yang logis.
Untuk membuat tulisan yang mudah diikuti alurnya (flow), maka perlu untuk menentukan alur
logika (logic flow) terlebih dahulu
sebelum mulai menulis. Urutan yang logis juga bermanfaat untuk menghindari
bahasan masalah dan kutipan pendapat yang sama pada beberapa bab, sehingga menyebabkan
pembaca merasa tidak nyaman. Strategi efektif untuk membantu mengembangkan alur
logika (logic flow) yaitu dengan membuat atau
memperkirakannya dengan gambar maupun tabel yang akan dihasilkan dari penelitian
tersebut. Kemudian kita
susun secara berurutan
sesuai dengan alur logika
(logic flow) pada eksperimen.
Dengan kata lain, gambar dan tabel yang disusun dapat mengambarkan penelitian tanpa materi
tambahan. Untuk gambar dan tabel yang dimasukkan pada artikel ilmiah/final paper, usahakan untuk
membuatnya berdiri sendiri. Selain itu, gambar dan tabel tersebut dapat
digunakan untuk mengarahkan atau mengatur penelitian seperti yang ada di aturan
poin pertama.
5)
Sistematis dan informatif
Artikel ilmiah
yang baik harus bersifat sistematis dan informatif agar mudah dipahami oleh
pembaca. Untuk mewujudkannya ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
|
1. Aspek yang penting dan relevan dari hipotesis harus
dibahas dengan data pendukung yang lengkap dan detail.
Jika terkendala masalah
batasan halaman, maka harus
fokus pada satu
atau dua aspek yang utama
secara detail. Sebagai pengingat,
pastikan tetap menyimpan
rincian semuan percobaan (misalnya paramater percobaan, versi
software) untuk persiapan melakukan perubahan atau revisi jika diperlukan.
2. Jangan menyatakan hasil yang sudah
disajikan dalam gambar dan tabel, yang membuat penulisan menjadi berulang. Seharusnya dilakukan dengan cara mengupas
/ membahas hasil yang diperoleh
dan bagaimana dampaknya terhadap
penelitian yang dilakukan.
3. Membuat suatu artikel ilmiah dapat
berdiri sendiri tanpa materi pendukung.
Berilah latar belakang dan pengantar yang cukup untuk pambaca yang menjadi
target penelitian. Misalnya untuk kalangan ekonomi atau hukum, memberikan
latar belakang dengan jelas adalah salah satu kunci untuk menulis
artikel dan hal ini sangat berguna ketika penggunaan istilah umum dapat
memberikan definisi yang berbeda.
4. Jangan membuat pembaca untuk melakukan
perhitungan matematika, sehingga peneliti
harus memberi penjelasan dan kesimpulan yang jelas dari data yang disajikan.
Jika terdapat hasil eksperimen yang
perlu dibahas, maka buatlah keterangan eksplisit sehingga tidak perlu untuk mencari atau
melihat data yang ditampilkan sebelumnya.
5. Gambar dan tabel merupakan komponen
yang penting dari paper. Hal ini
bertujuan untuk membantu interpretasi data yang disajikan. Sehingga peneliti
harus dapat membuat gambar dan tabel lengkap dengan semua informasi yang
diperlukan.
|
6)
Ringkas dan mudah dipahami
Dalam menulis artikel ilmiah, ketepatan penggunaan
kata dan keringkasan isi merupakan hal yang harus diperhatikan. Penulisan
artikel ilmiah dengan kalimat rumit dan pemilihan kata-kata yang kurang tepat
akan menganggu, membosankan, dan
menjenuhkan pada pembaca. Sehingga, pembaca akan merasa sulit untuk
memahami artikel ilmiah yang dibacanya. Semua informasi disampaikan secara
singkat, padat, dan jelas.
7)
Sentuhan seni (tidak monoton)
Artikel ilmiah yang ditulis dengan sentuhan nilai
seni atau tidak monoton akan memberikan kesan kepada pembaca terhadap kualitas
penelitian kita. Hal ini juga akan berguna pada proses review. Sehingga, kita perlu
memfokuskan pada ejaan, pemilihan kata, menghindari gaya tulisan yang
membosankan, margin halaman, font, dan lain-lain. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah memiliki kamus
lengkap dengan thesaurus-nya dan contoh penggunaanya pada kalimat.
8)
Menjadi hakim untuk artikel ilmiah kita sendiri
Sebuah naskah yang lengkap biasanya memerlukan banyak
iterasi untuk melakukan revisi. Memiliki sikap yang objektif
atau fair selama revisi sangat penting untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi ketika menulis. Objektivitas dengan pekerjaan yang kita lakukan dengan
tidak melebih-lebihkan atau meremehkan pentingnya hasil dan metode yang dikembangkan. Setelah bekerja keras
cukup lama pada bidang yang diteliti, maka seseorang akan menjadi ahli terhadap
masalah yang dipelajari.
Ketika melakukan revisi draft paper, lupakan
sementara penelitian dan kerja keras yang sudah kita lakukan. Untuk lebih
konkrit, posisikan diri kita sebagai reviewer dengan melihat dengan detail penelitian yang sudah dilakukan,
logika penulisan, kebenaran dan kevalidan dari hasil penelitian, kesimpulan yang
diambil dari hasil
analisa, organisasi artikel
ilmiah yang dibuat, dan penyajian
data yang digunakan
dalam penelitian. Pada
prakteknya kita dapat meletakkan draft yang sudah dibuat
dalam waktu satu atau dua hari. Kemudian, cobalah untuk melupakannya dan
setelah itu kita kembali dengan keadaan yang fresh, dengan menganggap artikel
ilmiah tersebut dibuat oleh orang lain, membacanya dengan teliti, dan berusaha
mencari kelemahan dari artikel ilmiah yang sedang dibaca. Pada proses ini, pahami
artikel ilmiah tanpa mencoba untuk memahami atau mengintepretasikan dari sudut pandang kita. Jangan takut untuk
membuang kalimat yang dianggap tidak penting atau membingungkan. Hal ini
mungkin melelahkan dan sedikit tidak nyaman, tapi sangat berguna untuk
menghasilkan tulisan yang baik dan logis.
9)
Meminta kritikan dari orang lain
Sebelum melakukan pengajuan artikel ilmiah (submission), sangat penting untuk
mengantisipasi kemungkinan pertanyaan dan kritikan yang mungkin muncul dari
reviewer. Sehingga, peneliti dapat memperbaiki artikel ilmiah yang sudah dibuat
menjadi lebih mudah dipahami orang lain. Untuk melakukannya dapat meminta
pendapat atau pembahasan dari rekan kerja. Diskusikan penelitian yang sudah
dilakukan, sehingga mendapat masukan, saran dan
kritik untuk pekerjaan
yang sudah dilakukan. Sebuah
seminar atau pertemuan
dalam kelompok riset dapat membantu menemukan masalah yang mungkin
muncul. Jika anda adalah mahasiswa yang sedang mengerjakan tesis, hal itu
sangat baik untuk dipresentasikan ke dewan penguji atau pembimbing tesis
sehingga mendapat masukan untuk perbaikan penelitian dan penulisan yang
dilakukan.
10)
Membuat tim
virtual dari kolaborator
Ketika pengajuan artikel ilmiah ditolak atau
mendapatkan ulasan yang tidak baik, sikap kita sebaiknya tidak tersinggung dan
jangan diambil hati. Harus disadari bahwa pemberi ulasan (reviewer) sudah
menyisihkan waktunya untuk membaca dan memberikan penilaiannya, yang mana waktu
mereka bisa saja digunakan untuk mengerjakan penelitiannya sendiri. Sehingga, reviewer
secara tidak langsung telah membantu untuk membuat artikel ilmiah menjadi lebih
baik dan lebih mudah dipahami oleh target
pembaca. Oleh karena
itu, reviewer dapat dipertimbangkan sebagai
kolaborator dalam penelitian
dan sebaiknya diperlakukan dengan baik. Hal ini dapat meningkatkan
kualitas artikel ilmiah dan juga penelitian.
Membaca dan memeriksa ulasan yang telah diberikan
oleh reviewer secara obyektif. Seringkali sebuah kritik dibesar-besarkan karena
salah satu aspek dari hipotesis penelitian tidak dipelajari secara mendalam
atau hasil yang penting dari penelitian sebelumnya tidak disebutkan atau tidak konsisten
dengan penelitian. Jika kritik yang diberikan adalah mengenai ketahanan (robustness) sebuah metode yang digunakan
atau validitas hasil, seringkali penelitian perlu diulang atau perlu dilakukan
penambahan data. Jika yakin bahwa reviewer telah salah paham pada titik
tertentu, maka periksa ulang tulisan yang telah dibuat. Hal yang sering terjadi
adalah penulisan kata-kata yang kurang tepat dapat membuat reviewer memiliki
persepsi yang salah. Jika hal ini terjadi, maka perlu dilakukan revisi
penulisan secara menyeluruh. Jangan berdebat dengan reviewer tanpa adanya
data pendukung dan
jangan mengirimkan artikel
ilmiah ketempat lain tanpa adanya
proses perbaikan.
No comments:
Post a Comment